Tulisan
ini seharusnya sudah saya posting sejak bulan Januari lalu. Terasa basi memang. Namun meskipun begitu saya bukan orang yang mudah
melupakan suatu momen.
Bulan
Januari lalu, saya melakukan praktik kuliah kerja nyata di sebuah pedukuhan
bernama Kalirejo Selatan, tepatnya di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh,
Kabupaten Kulonprogo, DIY. Selama sebulan saya dan teman-teman menjalankan
program kerja KKN yang telah kami susun. Setelah semua program kerja -yang entah
mengapa rasanya hanya formalitas belaka- terlaksana, saya dan kesebelas rekan KKN
menyempatkan untuk menghabiskan momen bersama di Puncak Suroloyo. Kami
memutuskan untuk berangkat dini hari demi mengejar matahari terbit. Atas izin
Pak Winardi, bapak dukuh yang sekaligus berperan sebagai induk semang kami,
kami berhasil meminjam dua motor beliau. Maka berangkatlah kami ke Puncak
Suroloyo setelah malam sebelumnya kami menggelar acara perpisahan dengan warga.
Jarak dari
Pagerharjo menuju Puncak Suroloyo tidaklah terlalu jauh, lebih kurang 30 menit berkendara
motor. Jalan menuju lokasi tersebut
masih gelap saat kami menuju ke sana. Udara yang luar biasa dingin pagi itu tak
menyurutkan niat kami untuk melakukan perjalanan. Hanya berbekal petunjuk dari
bapak dan sempat bertanya juga dengan warga sekitar yang kebetulan lewat, kami
akhirnya tiba di pelataran parkir tempat wisata ini.
Jika anda
adalah orang yang tidak setuju dengan pepatah “Bersakit-sakit dahulu,
bersenang-senang kemudian”, saya sarankan anda untuk berpikir sekali lagi jika akan pergi ke tempat ini.
Haha. Untuk
mencapai Puncak Suroloyo, anda harus menyiapkan tenaga untuk mendaki tangga
yang cukup melelahkan karena selain jumlah anak tangganya yang banyak,
optradenya terlalu tinggi untuk jangkauan manusia. Namun, semua rasa lelah itu
seakan sirna setelah mencapai puncak karena pemandangan di puncak ini membuat
saya cukup menahan nafas selama sepersekian detik. Pemandangan pegunungan yang cukup
memukau ditambah lagi matahari yang semula malu-malu bersembunyi dibalik awan
mulai menampakkan wajahnya, pelan tapi pasti. Cahayanya berpendar, lamat-lamat menyentuh
kulit menghangatkan pagi yang dingin di Suroloyo. Langit semakin terang dan
cerah. Warna birunya membaur dengan warna hijau pegunungan. Sungguh lukisan
Tuhan yang sempurna. Hari itu adalah salah satu hari terbaik. Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada menikmati matahari pagi bersama orang-orang terdekat.
Terima kasih kepada Toni Saputra, Grasienda Natalia, Billy Gerrardus, Talitha Desena, Yosephine Deby, Bonfilio Elyan, Priska Laras, Triyas Faridhatul, Farelia Jaime, Yose Seda, dan Irwan Oktavianus untuk kebersamaannya selama satu bulan. What a precious moment it was! We nailed it.
No comments:
Post a Comment
Thank you for reading and leaving your thoughts here. I enjoy reading every single one I got. So, keep them coming! :)