Seoul City at Night (Hangang Park) |
Beberapa tahun belakangan, dunia hiburan Korea Selatan menjadi sorotan
internasional. Gelombang Korea sukses merebak di seantero dunia bak virus yang
menyerang imun manusia. Membuat anak-anak muda demam akan budaya negeri ginseng
ini. Saya adalah salah satu korbannya. Rasa penasaran saya terhadap negara ini
cukup menjadi alasan untuk melakukan
perjalanan dan mengeksplorasi negara ini. Tentu saja seluruh penjuru Korea Selatan
tidak saya sambangi. Seoul, menjadi pilihan destinasi karena merupakan ibukota negara ini.
Seoul. Kota yang masif, hampir sama dengan ibukota negara lain pada
umumnya. Kota yang menyenangkan dalam aspek tertentu. Transportasi, misalnya.
Sistem transportasi umum di Seoul sangatlah nyaman dan tertata. Selama di
Seoul, saya memanfaatkan kereta bawah tanah (subway) untuk menunjang mobilitas saya ke berbagai tempat wisata.
Bus umum sebenarnya juga menawarkan kenyamanan yang setara dengan subway.
Namun, karena saya tidak terlalu paham dengan jalurnya, saya memutuskan untuk
tidak menaikinya. Selain sistem transportasi, Seoul kota yang ramah bagi
pejalan kaki. Trotoarnya cukup lebar dan luas. Pedagang kaki lima masih ditemukan namun
mereka tidak lantas membuat para pejalan kaki tersingkir hingga harus berjalan
di badan jalan seperti yang kita temui di Indonesia. Hal yang patut saya
apresiasi adalah kota ini menyediakan banyak ruang publik untuk interaksi
sosial dan melakukan event tahunan.
Orang-orang di Kota ini sangat memperhatikan penampilan. Selera
berbusana penduduk di sini sangat baik rupanya. Semua terlihat stylish dan fashionable. Semua tampak seperti model. Lorong-lorong subway dan
jalur pedestrian tak lebihnya seperti catwalk bagi mereka.
Yang saya salut adalah wanitanya, naik turun tangga subway dengan stiletto
sebagai alas kaki. Penampilan jelas menjadi nomor satu di sini dan kenyamanan fisik menjadi nomor kesekian.
Hal
yang cukup mencuri perhatian saya adalah gaya berpacaran orang-orang di
sini. Pasangan muda-mudi di sini tidak ragu untuk menunjukkan kemesraan mereka di depan publik. Sejauh mata memandang yang terlihat orang berciuman, berpelukan. Tak peduli di lorong subway, dalam subway, trotoar, di samping kakek-kakek, di samping nenek-nenek, bahkan di samping anak di bawah umur. Bagi saya ini semacam culture shock. Mungkin karena saya lahir
dan besar di kota yang berbudaya dan menjunjung tinggi norma kesopanan atau mungkin juga karena saya yang terlalu cupu,
sehingga cukup 'terkesan' dengan pemandangan seperti itu. Yang jelas itu menjadi pemandangan baru bagi saya dan saya harus menerima itu sebagai kebiasaan mereka.
Seminggu di Seoul bukanlah waktu yang cukup bagi saya untuk mengeksplorasi kota ini. Walaupun begitu ini tetap menjadi pengalaman yang luar biasa. Berkunjung ke negeri orang dan mengamati dinamika kehidupan yang terjadi di negeri tersebut selalu menjadi ketertarikan tersendiri untuk saya.
Seminggu di Seoul bukanlah waktu yang cukup bagi saya untuk mengeksplorasi kota ini. Walaupun begitu ini tetap menjadi pengalaman yang luar biasa. Berkunjung ke negeri orang dan mengamati dinamika kehidupan yang terjadi di negeri tersebut selalu menjadi ketertarikan tersendiri untuk saya.